BAB
III
LANDASAN
TEORI
3.1
Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Adapun
pengertian lain tentang pengambilan keputusan menurut James A.F. Stoner (Hasan,
2002), pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari pengertian pengambilan keputusan di atas
dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak
lanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.
3.2
Definisi Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS)
pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton
dengan istilah Management Decision Sistem (Sprague, 1982). Sistem tersebut adalah suatu sistem yang
berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan
memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang
tidak terstruktur, istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan
dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan.
Ada beberapa pendapat tentang definisi sistem pendukung
keputusan menurut beberapa ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Little (1990)
Sistem
pendukung keputusan adalah sebuah himpunan/kumpulan prosedur berbasis model
untuk memproses data dan pertimbangan untuk membantu manajemen dalam pembuatan
keputusannya.
2.) Keen (1980)
Sistem
pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang dibangun lewat sebuah
proses adaptif dari pembelajaran, pola-pola penggunan dan evolusi sistem.
3.) Bonzcek (1980)
Sistem
pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang terdiri atas
komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem pemrosesan masalah (problem processing) yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya.
4.) Hick (1993)
Sistem
pendukung keputusan sebagai sekumpulan tools komputer yang terintegrasi yang
mengijinkan seorang decision maker untuk berinteraksi langsung dengan komputer
untuk menciptakan informasi yang berguna dalam membuat keputusan semi
terstruktur dan keputusan tak terstruktur yang tidak terantisipasi.
5.) Turban dan Aronso
(1998)
Sistem
pendukung keputusan sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu
pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur
dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan
membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran
manajer.
3.3
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Sistem
pendukung keputusan pada dasarnya di rancang untuk mendukung seluruh tahap
pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan,
menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan sampai
mengevaluasi pemiihan interaktif.
Peranan
sistem pendukung keputusan dalam konteks keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui
aplikasi teknologi informasi, terdapat sembilan karakteristik dasar sistem
pendukung keputusan yang efektif yaitu :
1) Mendukung
sistem pendukung keputusan yang menitikberatkan pada Management by Perception (persepsi dari manajer).
2) Adanya Interface manusia/mesin, dimana manusia
sebagai pemakai, tetap mengontrol proses pengambilan keputusan.
3) Mendukung
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang tidak
terstruktur dan semi terstruktur.
4) Menggunakan
model-model, baik model matematis, statistic, dan model lainnya yang sesuai
untuk menunjang proses pengambilan keputusan.
5) Mampu
memberikan informasi yang sesuai untuk kebutuhan model interaktif.
6) Memiliki
subsistem yang terintegrasi dalam suatu sistem pendukung keputusan sehingga
dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.
7) Adanya dukungan data yang komprehensif guna memenuhi fungsi-fungsi yang ada dalam tingkatan
manajemen.
8) Pendekatan
easy to use, artinya kemudahan dalam
penggunaan sistem, ini merupakan ciri sistem pendukung keputusan yang efektif,
dimana memungkinkan pemakai bebas dan cepat untuk berinteraksi.
9) Mempunyai
kemampuan adaptasi secara tepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,
dengan kata lain sisatem dapat menghadapi masalah-masalah yang baru muncul
sebagai akibat dari adanya perubahan kondisi.
3.4
Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan
Suatu
sistem pendukung keputusan harus memiliki tiga komponen / subsistem utama dalam
menyusunnya yang menentukan kapabilitas teknis sistem pendukung keputusan
tersebut yaitu:
1) Subsistem
Manajemen Basis Data (Data base
Management Subsystem)
Sistem pendukung
keputusan membutuhkan proses ekstraksi dan Data Base Management Subsystem (DBMS) yang dalam pengelolaannya
harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Dalam hal ini, kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen database dapat diringkas, sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan
dan
ekstraksi data
b. Kemampuan untuk
menambahkan
sumber
data secara
cepat dan mudah
c. Kemampuan untuk
menggambarkan
struktur data logikal
sesuai dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan
dapat menentukan
kebutuhan penambahan dan pengurangan.
d. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat mencoba
berbagai alternatif pertimbangan personil.
e.
Kemampuan
untuk mengelola berbagai variasi data
2) Subsistem
Manajemen Basis Model (Model base
Management Subsystem)
Salah satu keunggulan dalam sistem pendukung keputusan adalah kemampuan
untuk mengintegrasikan
akses
data
dan model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara model-model. Kemampuan yang dimilki subsistem basis model meliputi :
a. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah.
b. Kemampuan untuk
mengakses
dan mengintegrasikan model-model keputusan.
c. Kemampuan untuk mengelola basis data dengan fungsi manajemen yang analog dan
manajemen basis data (seperti
mekanisme untuk
menyimpan,
membuat
dialog,
menghubungkan,
dan mengakses model).
3) Subsistem
Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog
Generation and Software)
Fleksibilitas dan
kekuatan
karakteristik sistem
pendukung keputusan
timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai, yang dinamakan subsistem
dialog.
Bennet mendefinisikan
pemakai, terminal, dan sistem
perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari sistem dialog.
Ia
membagi subsistem
dialog menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Bahasa
aksi,
meliputi
apa yang dapat
digunakan
pemakai dalam berkomunikasi dengan sistem.
b. Bahasa tampilan atau presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai.
c.
Basis Pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai.
Kombinasi dari kemampuan-kemampuan di atas terdiri dari apa yang
disebut gaya
dialog,
misalnya meliputi pendekatan
tanya
jawab, bahasa perintah, menu-menu dan mengisi tempat kosong.
Kemampuan yang harus dimilki oleh sistem pendukung keputusan untuk
mendukung dialog/sistem meliputi :
1) Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog, bahkan jika mungkin
untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.
2) Kemampuan untuk
mengakomodasi tindakan pemakai dengan
berbagai peralatan masukan.
3) Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format data peralatan
keluaran.
4) Kemampuan untuk
memberikan
dukungan yang
fleksibel untuk mengetahui
basis pengetahuan pemakai.
Beberapa jenis gaya
dialog yaitu :
1) Dialog
tanya jawab, sistem betanya dan pemakai menjawab sampai sistem menemukan
jawaban untuk mendukung keputusan.
2) Dialog
perintah, memberikan perintah untuk menjalankan fungsi-fungsi sistem pendukung
keputusan.
3) Dialog
menu, pemakai menjalankan sistem dengan memilih alternatif menu.
4) Dialog
form masukan/keluaran, menggunakan form tempat pemakai memasukkan perintah
dan data, dan form keluaran sebagai jawaban untuk pendukung keputusan.
5) Dialog
masukan dalam konteks keluaran, mengkombinasikan form masukan dan keluaran, sehingga masukan dari pemakai selalu
diberikan dalam konteks keluaran sistem pendukung keputusan sebelumnya.
3.5
TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity
to Ideal Solution)
TOPSIS adalah salah satu metode
pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Kwangsun Yoon and Hwang Ching-Lai
(1981).
1) Yoon,
K., “System Selection by Multiple Attribute Decision Making,” Ph. D.
Dissertation, Kansas State University, Manhattan, Kansas, 1980.
2) Yoon,
K. and C. L. Hwang, “TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to
Ideal Solution)- A Multiple Attribute Decision Making,” a paper to be
published, 1980.
Kategori dari metode TOPSIS adalah kategori Multi-Criteria
Decision Making (MCDM) yaitu teknik
pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternatif yang ada ,khususnya
MADC(Multi Attribute Decision Making).TOPSIS bertujuan untuk menentukan solusi ideal positif dan
solusi ideal negatif. Solusi ideal positif memaksimalkan
kriteria manfaat dan meminimalkan kriteria biaya, sedangkan
solusi ideal negatif memaksimalkan kriteria biaya dan meminimalkan kriteria manfaat (Fan dan
Cheng, 2009 : 4).
Kriteria manfaat merupakan kriteria dimana ketika nilai kriteria tersebut
semakin besar maka semakin layak pula untuk dipilih. Sedangkan kriteria biaya
merupakan kebalikan dari kriteria manfaat, semakin kecil nilai dari kriteria
tersebut maka akan semakin layak untuk dipilih. Dalam metode TOPSIS, alternatif
yang optimal adalah yang paling dekat dengan solusi ideal positif dan paling
jauh dari solusi ideal negatif.
No comments:
Post a Comment